Selamat Datang di SMPN 4 Pakenjeng

SMPN 4 Pakenjeng merupakan satuan pendidikan dibawah naungan Dinas Pendidikan Pemerintah Kabupaten Garut yang terletak di Desa Tegalgede Kecamatan Pakenjeng Kabupaten Garut

Selamat Datang di SMPN 4 Pakenjeng

SMPN 4 Pakenjeng merupakan satuan pendidikan dibawah naungan Dinas Pendidikan Pemerintah Kabupaten Garut yang terletak di Desa Tegalgede Kecamatan Pakenjeng Kabupaten Garut

Selamat Datang di SMPN 4 Pakenjeng

SMPN 4 Pakenjeng merupakan satuan pendidikan dibawah naungan Dinas Pendidikan Pemerintah Kabupaten Garut yang terletak di Desa Tegalgede Kecamatan Pakenjeng Kabupaten Garut

Selamat Datang di SMPN 4 Pakenjeng

SMPN 4 Pakenjeng merupakan satuan pendidikan dibawah naungan Dinas Pendidikan Pemerintah Kabupaten Garut yang terletak di Desa Tegalgede Kecamatan Pakenjeng Kabupaten Garut

Selamat Datang di SMPN 4 Pakenjeng

SMPN 4 Pakenjeng merupakan satuan pendidikan dibawah naungan Dinas Pendidikan Pemerintah Kabupaten Garut yang terletak di Desa Tegalgede Kecamatan Pakenjeng Kabupaten Garut

Rabu, 24 Agustus 2022

Mengapa Latihan Upacara Memakai Bendera Hijau Kuning...?

Sebelum menjawab pertanyaan tentang penggunaan bendera hijau kuning pada saat latihan upacara, perlu sedikit diulas hal yang berkaitan dengan literasi. Kenapa...? karena literasi itu penting sebelum cari sensasi.🤭

Sumber Poto: Info Publik

Literasi yang baik dapat mengasah kemampuan untuk menjadi beripikir secara kritis, kreatif, inovatif serta menumbuhkan  rasa ingin tahu. Keterampilan berliterasi juga dapat mendorong untuk bisa memahami informasi secara reflektif dan analitis. Oleh karena itu, sebagai anak bangsa terlebih bagi yang berkecimpung dalam aktivitas ketatanegaraan harus sudah mulai menerapkan budaya membaca atau literasi.

Pentingnya literasi dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan dan kemampuan untuk  memahami informasi secara jelas. Penguasaan literasi ini penting dalam mencapai kesuksesan. Dengan berliterasi dapat mengembangkan wawasan seluas mungkin, sehingga semakin bertambahnya wawasan maka harapan dapat membawa dunia pendidikan Indonesia lebih maju.

Seorang intelek yang baik tidak mesti yang mempunyai gelar dan jabatan tinggi tetapi senantiasa tercemin pada kemampuan literasinya, sekolah tinggi tanpa literasi tidak akan berarti karena hasilnya "sakola tamat bodo angger".

Pentingnya kesadaran literasi sangat mendukung keberhasilan dalam membaca situasi dan kondisi serta menangani berbagai persoalan. Oleh karena itu, kunci dalam meningkatkan produktivitas bangsa adalah terletak pada keberhasilan kita dalam meningkatkan literasi. Marilah kita semua merubah pola belajar dengan memperbanyak literasi.

Kembali kepertanyaan diawal, mengapa latihan upacara memakai bendera hijau kuning..? banyak jawaban dari pertanyaan tersebut, salahsatunya karena latihan pengibaran bendera cukup beresiko terhadap bendera merah putih. Oleh karena itu untuk mengantisipasi kerusakan bendera warna merah putih saat latihan pengibaran bendera, juga sebagai bentuk nasionalisme untuk menjaga keutuhan nilai-nilai merah putih, maka saat latihan menggunakan warna lain seperti warna hijau kuning walaupun tidak ada ketentuan secara khusus untuk memakai warna tersebut.

Ketentuan mengenai pemakaian bendera merah putih  terdapat dalam UUD 1945 yang kemudian diatur dalam PP: 40 Tanggal 28 Juni 1945 (Lambang Negara “Indonesia”) 1958 – 1968 dan penjelasannya terdapat dalam lembar 1033.

Demikian.

a.n

#salam_literasi

====

(Berbagai Sumber)

Share:

Sabtu, 20 Agustus 2022

Menumbuhkan Minat Menulis Generasi Milenial

Kegiatan Pembelajaran di SMP Negeri 4 Pakenjeng (ilustrasi)
Kegiatan Pembelajaran di SMP Negeri 4 Pakenjeng (ilustrasi)
Generasi milenial diartikan sebagai generasi anak muda yang mempunyai minat dan perhatian yang serba modern, kritis, update informasi aktual, dengan gaya hidup yang serba instan dan mudah menerima pembaharuan dalam segala lini kehidupan. Generasi milenial lebih banyak hidup di dunia maya dibanding di dunia nyata. Dengan adanya gadget ditangannya, maka dia bisa berinteraksi dengan siapa saja, kapan saja, dimana saja tanpa adanya batasan ruang dan waktu.

Generasi milenial memang akrab dengan kegiatan menulis, meskipun kadang-kadang tulisannya berpotensi membahayakan diri sendiri, karena tanpa adanya pikir panjang dengan mudah merangkai kata untuk menghakimi seseorang di media sosial, atas pendapat dan perbuatan seseorang yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip yang dia pegang.

Antusiasme generasi milenial terhadap dunia tulisan bisa dikatakan cukup tinggi, akan tetapi belum disertai dengan data dan fakta atas suatu permasalahan yang ada, dan juga belum bisa memberikan sumbangan pemikirian yang logis dan sistematis terhadap kemajuan bangsa dan tanah air Indonesia.

Mestinya jika kegemaran menulis disalurkan berupa opini yang dimuat di surat kabar baik cetak maupun digital akan mendapatkan nilai lebih. Selain berpotensi terkenal akan ide-ide kreatif dan pendapat yang kritis terhadap suatu kebijakan pemerintah, juga akan mendapatkan apresiasi dari pembaca.

Sejauh ini memang kegiatan menulis erat kaitannya dengan aktivitas membaca. Seseorang yang gemar menulis panjang dan lebar hampir bisa dipastikan gemar membaca, karena perbendaharaan kata yang tersimpan dalam memori otak akan cukup banyak, sehingga tidak sulit merangkai kata hingga berpuluh-puluh lembar halaman.

Menumbuhkan minat menulis opini di media massa bagi generasi milenial memang tidak mudah. Karena selain diperlukan peran aktif dalam update perkembangan isu aktual, juga perlu dibekali keilmuan yang memadai. Sehingga sumbangan pemikirian bisa mudah diterima oleh seluruh lapisan masyarakat, karena memang apa yang ditulis mempunyai keberpihakan kepada rakyat baik dalam bidang sosial, ekonomi, politik, pendidikan, hukum dan ham.

Mengenai media mana yang tepat untuk menyalurkan aktivitas menulis, sebenarnya tidak sulit untuk menemukannya. Di Indonesia ada banyak sekali surat kabar nasional dan lokal/daerah, baik versi cetak maupun versi website. Di Jawa Barat sendiri ada banyak media massa cetak yang selalu menyajikan kabar aktual setiap minggunya. Yaitu surat kabar Pikiran Rakyat. Surat kabar tersebut merupakan sarana yang tepat untuk belajar dan mengasah kemampuan menulis generasi milenial.

Jika tulisan artikel opini yang dikirim bisa dimuat oleh surat kabar tersebut, artinya pihak redaksi percaya bahwa tulisan tersebut memenuhi syarat yang ditetapkan oleh surat kabar sebagai sebuah opini publik yang baik dan sesuai standar penulisan Bahasa Indonesia dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Sehingga dari situ sudah saatnya para generasi milenial bisa memanfaatkan ruang aspirasi publik untuk mengemukakan uneg-uneg yang ada dalam fikiran, untuk selanjutnya dituangkan kedalam tulisan berbentuk opini.

Kolom opini yang ada dalam surat kabar memang ditujukan untuk publik/masyarakat luas sebagai bentuk pendapat dan aspirasi masyarakat atas suatu permasalahan aktual. Hal ini tentu berbeda dengan menulis status di media sosial yang selalu dibayangi oleh UU ITE. Dimana jika ada pihak-pihak lain yang merasa dirugikan dan dicemarkan nama baiknya bisa berpotensi sampai ke meja hijau.

Kemudahan menulis status opini di media sosial dan dibaca ribuan orang cukup berisiko hoaks dan menimbulkan kegaduhan sosial jika tidak disertai dengan data dan fakta yang jelas. Terlebih lagi jika tulisan yang di unggah viral dan menjadi trending di jagad maya. Berbeda dengan tulisan opini di media massa, dimana artikel yang masuk akan disaring dan diseleksi oleh pihak redaksi, sehingga tulisan-tulisan yang berkualitaslah yang akan dimuat di surat kabar.

Bagi generasi milenial, terutama para siswa aktif di sekolah dasar/menengah, keterampilan menulis perlu di asah sejak dini. Hal itu dikarenakan sebagai upaya melatih dan belajar menyusun sebuah tulisan yang berbobot agar nantinya ketika menghadapi tugas sekolah sudah tidak asing lagi dengan kehidupan menulis dan mengolah data.

Tidak sedikit para siswa yang asal-asalan dalam mengerjakan tugas sekolah menyusun makalah/laporan. Hanya menyalin dari internet apa adanya “copy paste”. Mestinya jika para siswa punya keterampilan menulis, tidak akan kesulitan mengerjakan tugas makalah/laporan, karena sudah terbiasa dengan kegiatan tulis menulis.
Share: